BERITA KIM RONGGOLAWEPERISTIWA

Cerita Siti Lamtari Tentang Adiknya Yang Menjadi Korban Tsunami di Palu, Sulawesi Tengah

 

 

KIM Ronggolawe – Kejadian gempa dan Tsunami di pantai Talise, Kota Palu, Sulawesi Tengah pada Jumat (28/09) kemarin, meninggalkan duka yang mendalam bagi Siti Lamtari warga RT 02 RW 01 Desa Bogorejo, Kecamatan Merakurak, Kabupaten Tuban. Pasalnya, keluarganya ada yang menjadi korban dan dikabarkan meninggal.

Saat reporter kimronggolawe.com Senin (01/10) datang di rumah duka Siti Lamtari menceritakan, keluarganya atas nama Darwati (31 tahun) bersama suaminya bernama Lasmono (40 tahun) dikabarkan menjadi salah satu korban bencana yang menelan korban seribu lebih tersebut. “Adik saya atas nama Darwati jenazahnya sudah ditemukan Sabtu (29/09), sedangkan suaminya atas nama Lasmono belum ditemukan hingga sekarang,” kisahnya.

Siti menceritakan, bahwa adiknya bersama suaminya telah lama merantau, keduanya berprofesi sebagai penjual bakso di sekitar pantai Talise, Kota Palu sekitar 13 tahun lamanya. “Dulu dia berangkat merantau sejak anaknya yang pertama usia sekitar 7 bulan, tepatnya 13 tahun lalu,” kata Siti.

Sementara itu, lanjut Siti, berdasarkan kabar dari tetangga korban yang disana, ketiga anak korban dikabarkan selamat dari amukan Tsunami yang menerjang pantai Talise, yang kala itu sedang ramai pengunjung karena malamnya akan ada pesta rakyat di pantai tersebut. “Cerita tetangga yang disana, ketiga anaknya berhasil menyelamatkan diri, sang kakak (anak yang pertama) lari sambil menggendong adiknya yang baru berusia 2 tahun, sedangkan anaknya yang kedua sempat terseret ombak namun bisa diselamatkan orang lain,” cerita Siti yang menampakkan raut kesedihan.

Adapun ketiga anak korban semuanya laki-laki, masing-masing M. Agus Pratama usia 13 tahun, yang kedua Dwi Noval Ariyanto usia 9 tahun, dan yang terakhir Davala usia 2 tahun. Rencananya, ketiga yatim piatu tersebut akan dibawa pulang ke Tuban untuk dirawat dan dibesarkan seperti anak sendiri.

“Saya sebagai Kakak dari korban berjanji akan merawat ketiga anaknya dan akan saya bawa pulang ke Tuban kalau kondisi disana sudah pulih dan normal. Doakan semoga mereka dalam kondisi baik-baik saja, karena sekarang posisi dirawat dan dibawa ke pengungsian oleh tetangga yang disana,” Janji Siti sebagai satu-satunya kakak korban.

Saat ditanya tentang firasat apa yang dirasakan sebelumnya, Siti mengaku selama 3 hari terakhir sering bermimpi seakan rumahnya penuh dengan orang, seperti banyak tamu. “Saya itu 3 hari terakhir sebelum kejadian bermimpi seperti ada banyak orang di rumah ini. Dan yang tidak seperti biasanya, adik saya (korban) pas Kamis malam Jumat sebelum kejadian telepon saya malam, antara jam 9 malam hingga jam 11 malam menanyakan tentang kabar bapaknya, tentang hutangnya kepada saya, pokoknya sudah seperti tanda-tanda atau firasat,” cerita Siti panjang lebar tentang adiknya tersebut.

Ia juga mengisahkan, sebenarnya pihak keluarga ingin jasad korban bisa dimakamkan di tanah kelahirannya Tuban, namun apa daya karena kebijakan disana informasinya korban telah dikebumikan secara masal bersama korban lainnya. “Sebenarnya saya siap nanggung berapapun biayanya akan saya tanggung kalau jasad adik saya bisa dibawa pulang ke Tuban, namun informasi terakhir hari ini adik saya sudah dimakamkan secara massal,” keluhnya.

Meski demikian, pihak keluarga sejak mendengar berita duka tersebut, setiap malam telah melaksanakan tahlil dan doa bersama tetangga sekitar. “Tadi malam tahlil 3 harinya, setiap malam di rumah sini kita tahlilkan sampai nanti 7 harinya, setiap malam Jumat hingga 40 harinya, bahkan nanti sampai 1000 harinya. Kami atas nama keluarga korban minta doanya semoga adik saya diampuni dosanya, dan suaminya segera ditemukan jasadnya, anak-anaknya diberi keselamatan hingga bisa pulang ke Tuban,” imbuh Siti mengakhiri ceritanya. [CH/AM]

kimronggolawe

Admin Web kimronggolawe.com

Related Articles

Back to top button