BERITA KIM RONGGOLAWEBUDAYAPERISTIWA

Ritual “Keduk Sumur” Peninggalan Sunan Bejagung Lor, Kades: Harus Jumat Legi Bakdal Mulud 2 Tahun Sekali

 

KIM Ronggolawe– Tradisi “Keduk Sumur” atau bebersih sumur waliyullah yang berada di sekitar makam Syeikh Abdullah Asyari Sunan Bejagung Lor, Desa Bejagung, Kecamatan Semanding terus dilestarikan.

Dari pantauan reporter kimronggolawe.com di lokasi, tampak warga dan tokoh sesepuh makam melakukan rangkaian ritual sebelum salah satu juru kunci masuk ke lubang sumur tua dengan lubang berukuran 2×2 meter dengan kedalaman lebih dari 34 meter itu.

Aang Suttan Manuhutung Rahman Siregar, Kepala Desa Bejagung saat dikonfirmasi di lokasi menyampaikan, tradisi bebersih sumur tersebut merupakan ritual yang rutin digelar setiap 2 tahun sekali.

“Ini dilaksanakan 2 tahun sekali, bertepatan hari Jumat Legi bulan jawa Bakdal Mulud atau Robiul Akhir (Hijriyah),” ungkapnya, Jumat (26/11).

Diakuinya, tradisi itu merupakan warisan turun temurun dari nenek moyang dan leluhur yang selalu dilaksanakan.

“Insyaallah kami istiqomah mulai dari zaman lelulur hingga zaman milenial sekarang warga Bejagung terus melestarikan ritual tersebut,” tandasnya.

Ia menceritakan, secara histori ritual bebersih sumur tidak bisa dilakukan sembarang orang, harus dilakukan tali aris (pewaris) kakek buyut turun temurun hingga saat ini.

“Pewaris bebersih sumur saat ini jatuh kepada Kartoyo (59 tahun) yang sebelumnya adalah saya,” aku Aang.

Dari hasil bebersih sumur itu, lanjut Aang ditemukan banyak koin uang logam yang bercampur lumpur.

“Uang koin itu berasal dari peziarah yang meyakini bahwa mindset mereka manakala datang ke sumur minta berkah dan ambil air sumur ini dengan segala niat dan tujuan lempar koin. Kami tidak bisa melarang dan kami anggap tradisi unik,” cerita Aang.

Ia juga menceritakan, sejarah sumur itu merupakan peninggalan Sunan Bejagung Lor yang dibuat oleh Mbah Pamor yang merupakan santrinya.

“Dulu Desa Bejagung merupakan desa yang sangat kekeringan, sehingga dibuatlah sumur ini sebagai sumber mata air yang bisa digunakan masyarakat dan dipercaya memiliki karomah yang luar biasa,” timpal Kades Bejagung itu.

Karomah yang dimaksudnya yakni, dipercaya masyarakat dan peziarah bisa menyembuhkan penyakit, meditasi atau hal lainnya.

Selain tradisi ritual Keduk Sumur, biasanya diawali dengan tradisi sedekah bumi, dilanjut Barik’an atau tasyakuran selama 7 Jumat usai salat jumat.

“Sebelum Keduk Sumur ini ritualnya luar biasa, termasuk ziarah makam Sunan Bejagung Lor dulu dan setelah salat jumat dilanjut ritual Dawetan,” sambung Aang.

Sementara itu, Kartoyo (59) orang yang melakukan bebersih sumur mengaku, saat sudah berada di dalam sumur dirinya merasan hawa yang sangat dingin menyelimuti sekujur tubuhnya.

“Saat saya membersihkan di dalam sumur sebenarnya banyak sekali uang koin, namun tidak semua bisa saya jangkau karena gelap gulita,” pungkasnya. [CH/AM]

kimronggolawe

Admin Web kimronggolawe.com

Related Articles

Back to top button