KIM Ronggolawe – Didalam kehidupan kita sehari – hari tak jarang kita jumpai berbagai mitos kejawen yang mana terkadang di luar penalaran kaum modern, namun terkadang kalau kita mau dan mampu berfikir lebih dalam apa yang di yakini oleh suku jawa semuanya merujuk terhadab kebesaran Illahi Robbi sang penguas alam semesta.
Banyak sekali di era modern saat ini kita jumpai suatu tradisi yang mana ini tidak bersumber dari ajaran islamiyah, malahan ini terkesan adalah warisan kepercayaan atau agama para pendahulu pendahulu kita, namun sampai saat ini masih kita laksanakan sebagai bentuk kebudayaan dan tradisi warisan nenek moyang kita, seperti tradisi ” Kupatan Hewan Ternak” yang mana setiap tahun selalu dilaksanakan sebagai bentuk penghormatan kepada Dadung Awuk, namun sebagai manusia modern yang menganut ajaran islamiyah setidaknya kita harus mempunyai fikiran khusnudhon terhadap masyarakat kita, bahwa apa yang kita lakukan saat ini bukan bentuk sebuah kemusri’an yang menyekutukan Allah SWT namun ini adalah bentuk rasa syukur kita kepada-Nya atas segala limpahan karunia dan rahmat yang di berikan oleh-Nya kepada kita insan yang lemah.
Sebagai mana Firmanya dalam Qur’an Surah Ibrahim ayat 7 “Dan (Ingatlah juga), tak kala Tuhanmu memaklumkan : Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu,dan jika kamu mengingkari (Nikmat – Ku), maka sesungguhnya adzab -Ku sangat pedih”
Sosok Dadung Awuk sendiri hanya sebuah cerita dari mulut ke mulut dan cerita dalam tokoh pewayangan, Dadung Awuk adalah raksasa kerdil anak buah Bathari Durga, raja makhluk siluman yang bertahta di Kahyangan Setragandamayit. Dadungawuk tinggal di hutan Krendayana, bertugas menggembalakan kerbau/Andanu (Jawa) milik Bathari Durga.
Kerbau Andanu berjumlah 40 ekor, semuanya berwarna hitam, berkaki putih (pancal panggung/Jawa).
Karena indahnya pernah dipinjam keluarga Pandawa untuk memenuhi persyaratan permintaan Dewi Sumbadra, putri Prabu Basudewa dengan permaisuri Dewi Badrahini dari negara Mandura, ketika dipinang oleh Arjuna.
Pada mulanya Dadungawuk menolak. Tetapi setelah dikalahkan oleh Bima, Dadungawuk bersedia menyerahkan Andanu, yang akan digunakan untuk memeriahkan pawai perkawinan Dewi Subadra dengan Arjuna yang pestanya diselenggarkan di negara Darawati.
Atas seijin Bathari Durga, Dadungawuk sendiri bertindak sebagai pawangnya.
Setelah pesta perkawinan selesai, Dadungawuk dan Andanu kembali kehutan Kerndayana. inilah mungkin yang mengilhami bahwa diadakanya Kupatan Hewan Ternak bahwa sebagian masyarakat kita percaya kalau yang menjaga hewan ternak mereka adalah Dadung Awuk karena di jaman dahulu mereka belum mengenal Allah SWT.
Hari Ulang Tahun Dadung Awuk
Dalam kehidupan masyarakat luas ketupat atau Kupatan biasanya hanya di laksanakan pada acara nisfu sya’ban yang biasa di sebut Kupat Limolas ( kupat lima belas) dan Kupat Wolu yang di selenggarakan sepekan setelah hari raya idul fitri. namun di dalam adat kejawen ada juga Kupatan untuk hewan ternak dan ini biasanya di selenggarakan pada hariJum’at Pahing serta di laksanakan setelah para petani menggunakan jasa dari hewan ternak ( yang lazim di gunakan di daerah kami adalah sapi )tersebut untuk menggarap sawah atau ladang ini di sebut Kupatan Bar Tandur ( Ketupat setelah Tanam) ini di laksanakan setiap tahun sehabis waktu tanam, dan ini adalah bentuk rasa syukur yang di lakukan oleh para petani terhadap yang Maha Kuasa bahwasanya mereka sudah melakukan tugasnya berusaha bercocok tanam serta berharap keselamatan terhadap hewan ternaknya serta hasil panen yang melimpah ruah kelak pabila sudah waktunya panen.
Setelah menunggu beberapa bulan tibalah saatnya panen raya dan untuk wujud rasa syukur serta rasa terima kasih kepada hewan ternak yang sudah memnbantu proses bercocok tanam maka sehabis panen di adakan kupatan hewan ternak lagi yang di sebut Kupat Bar Panen(Ketupat setelah panen ) ini juga prosesnya sama seperti Kupatan Bar Tandur di laksanakan pada hari Jum’at Pahing setelah panen padi atau panen jagung, sebagai bentuk rasa syukur Kepada Allah SWT terhadap segala hasil panenya serta berharap barokah dan sehat wal afiat semua hewan ternaknya.bukan cuma lembu atau sapi saja yanmg mendapat keistimewaan di hari jum’at pahing tersebutnamun hewan ternak lainya seperti kambing pun juga ikut menikmati hari bahagia tersebut.
Ketupat yang di buat pun juga tidak jauh beda dengan ketupat ketupat pada umumnya, namun yang membedakan disini adalah adanya Ketupat Dadung Awuk yang bentuknya menyerupai sayap pesawat tempur, serta adanya Ampyang yaitu beras di goreng dalam kuiali tanah tanpa minyak goreng ( di sangrai) kemudian di beri gula jawa, serta kalau Kupatan Bar Tandur selain ketupat di isi dengan beras juga di taburi sedikit Lemon, Lemon sendiri adalah hasil dari saringan tepung jagung yang agak kasar. tak heran di hari jum’at pahing banyak yang mengatakan kalau Hari Ulang Tahun Dadung Awuk.
Namun di jaman yang mana tenaga manusia dan bahkan ternak jarang di gunakan untuk menggarap lahan pertanian, tradisi ini seakan tak tergoyahkan oleh peredaran masa meskipun sekarang banyak lembu lembu yang cangkru’an sembari jagongan, karena peran dan tugas mereka sudah digantikan oleh kerbau- kerbau besi yang siap menghajar lahan. [AM]