BERITA KIM RONGGOLAWEPERISTIWA

Puncak HPN, PWI Tuban Gelar Diskusi Publik Hadirkan Tokoh Pers Nasional

Foto bersama usai penandatanganan kesepakatan keterbukaan informasi publik

KIM Ronggolawe  – Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kabupaten Tuban menggelar puncak Hari Pers Nasional (HPN) ke 72, dengan menggelar diskusi publik, bertempat di pendopo Kridha manunggal, Kamis (15/2), sekira pukul 09.00 WIB.

Diskusi bertemakan pers sebagai pemersatu bangsa itu dihadiri oleh jajaran Forkopimda, Organisasi Kepemudaan, Insan Pers, dan para pelajar.

Turut hadir sebagai pemateri, Wakil Bupati Tuban, Sekretaris PWI Jatim, dan Dewan Pers yang dihadiri Sabam Leo Batubara.

Dalam sambutannya, Ketua PWI Tuban, Pipit Wibawanto menyampaikan, keberadaan Pers saat ini jauh dari semestinya pada prakteknya.

Kebebasan justru disalah gunakan oleh oknum yang mengaku wartawan. Mereka gunakan pers untuk tujuan kepentingan pribadi.

“Ada yang memeras baik secara pribadi maupun kelompok, itu juga terjadi di Tuban. Banyak laporan sudah masuk ke kami,” jelas wartawan MNC itu.

Sabam Leo Batubara saat menyampaikan materi

Wakil Bupati Tuban, Noor Nahar Hussein mengatakan, peran pers di era demokrasi ini sangat diperlukan guna mencerdaskan masyarakat.

Jangan sampai masyarakat selalu mendapat pemberitaan yang tidak benar, apalagi tidak berimbang.

“Di hari pers ini mari kita kaji secara hakiki, bagaimana peran pers itu sendiri,” terang Wabup.

Sementara itu, Sekretaris PWI Jatim, Eko Pamuji menyatakan, peran pers secara hakiki adalah kontrol terhadap pemerintahan. Pers harus mencerdaskan, dan jangan sampai memberitakan hal yang tidak benar.

“Wartawan harus bisa membedakan apa itu pers, dan apa itu sosmed. Sosmed bukan produk jurnalistik, itu yang harus diketahui,” paparnya.

Terakhir, Leo Batubara menegaskan, pers jangan sampai menjadi alat hasut. Alat yang disengaja untuk menimbulkan kegaduhan dalam negeri.

Sebab, Leo yang juga sebagai tokoh pers nasional itu juga mencontohkan produk pers yang sengaja dibuat untuk menjatuhkan seseorang dengan tujuan tertentu.

“Kita masih ingat, saat akan Pilpres Jokowi diserang isi sebagai cina, PKI, padahal itu tidak benar. Oleh karena itu seseorang harus bisa mencermati berita yang benar dan yang salah. Satu lagi, Pers jangan digunakan untuk memeras pihak-pihak tertentu,” pungkas mantan wakil ketua Dewan Pers tersebut.[CH – PWI/AMA]

kimronggolawe

Admin Web kimronggolawe.com

Related Articles

Back to top button