Kampung Wisata Batik Gedog, Kades : 75 Persen Perempuan Margorejo Bisa Membatik
KIM Ronggolawe – Usai dikunjungi oleh Istri Wakil Presiden yang juga ketua umum Dekranas Pusat bersama tamu kehormatan lainnya, Pemerintah Desa Margorejo Kecamatan Kerek Kabupaten Tuban ingin wujudkan “Kampung Wisata Batik”.
Keinginan itu, disampaikan oleh Junaedi selaku Kepala Desa Margorejo saat diwawancarai oleh sejumlah wartawan usai para rombongan meninggalkan lokasi acara peresmian BUMDes “Margo Makmur” yang memiliki sanggar seni batik gedog khas Tuban tersebut, Kamis (03/05).
“Tadi para tamu Bu JK (Hj. Mufidah Jusuf Kalla) dan rombongan telah kami tunjukkan masuk kawasan kampung batik, disitu kami perlihatkan dan kenalkan proses membatik mulai awal sampai proses selesai, dan proses tenun mulai proses pemintalan, penenunan hingga selesai,” tutur kades yang mengaku juga pelaku batik tersebut.
Dari situ pihaknya mengaku sengaja menunjukkan langsung tentang proses membatik karena dirinya menitipkan pesan moral, “Maksud kami agar para pejabat-pejabat itu (stakeholder) paham betapa sulitnya, susahnya, rumitnya proses batik dan tenun, artinya hargailah karya kami,” ucapnya.
Ke depan, pihaknya berharap agar ada perhatian khusus dari pemerintah, karena menurutnya di Desa Margorejo produksi batik menurun dan pemasaran menurun, hal itu karena pihaknya merasa kurangnya perhatian dari pemerintah.
“Kami berharap sekali mulai dari pemerintah pusat, provinsi maupun kabupaten agar memperhatikan para pelaku batik di Margorejo pasca kunjungan Ibu JK ini, karena 75 persen perempuan Margorejo bisa membatik, mulai dari usia sekolah dasar hingga nenek-nenek yang menggantungkan perekomonian dari batik,” harapnya.
Terkait pengembangan kampung wisata batik ke depannya untuk menarik pengunjung, ia membeberkan bahwa di sanggar seni batik gedog milik BUMDes akan ada edukasi batik untuk para pelajar semua tingkatan (Sekolah Dasar hingga Mahasiswa) mulai dari bahan sampai tutor sudah disiapkan, dan juga bisa mengunjungi rumah-rumah warga yang setiap harinya mempunyai rutinitas proses membatik.
“Hampir 75 persen dari 1.500 Kepala Keluarga (KK) warga kami mempunyai rutinitas membatik, terutama para ibu rumah tangga, hal itu sudah terjadi mulai dari nenek moyang kami. Kami bersama warga ingin menyatukan para pelaku batik melalui BUMDes ini agar bisa mengendalikan pasar, baik itu di lokal Kabupaten Tuban hingga keberbagai daerah termasuk mancanegara,” pungkas kades periode 2013 – 2019 itu. [CH/AM]