Semen Indonesia Ajak Petani Green Belt Belajar Budidaya Jeruk
KIM Ronggolawe – PT. Semen Indonesia (PT SI) Pabrik Tuban mengajak petani green belt belajar budidaya jeruk. Kegiatan tersebut dilaksanakan di pusat penelitian jeruk dan tanaman subtropis Balitjestro, Junurejo, Kota Batu, Jawa Timur, Selasa (5/3).
Rombongan yang diikuti 40 orang perwakilan kelompok petani geen belt, Bagian Tambang PT SI, Unit Public Relation & CSR PT SI serta Dinas Pertanian & Ketahanan Pangan Kabupaten Tuban akan memperdalam ilmu mengenai budidaya tanaman jeruk yang nantinya akan diaplikasikan di lahan greenbelt masing-masing. Para petani diberi bekal teori maupun kunjungan lapangan.
Supriyono dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tuban mengatakan bahwa kegiatan petani green belt yang difasilitasi oleh Semen Indonesia tersebut merupakan tindaklanjut dari bantuan 8.400 bibit jeruk dari Balitjestro kepada petani yang menggarap lahan milik perusahaan (green belt).
“Kita kesini untuk belajar kepada ahlinya dalam berbudidaya jeruk mulai dari proses penyemaian, penanaman, perawatan, hingga pada proses penanggulangan hamanya. Dan peserta nantinya tidak hanya diberikan teori budidaya jeruk saja, tapi juga kunjungan di lapangan sekaligus mempraktekan secara langsung setiap tahapannya,” ungkap Supriyono.
Penyuluh Pertanian Madya Kabupaten Tuban tersebut mengatakan, bahwa di Bumi Wali telah ada beberapa daerah yang berhasil juga dalam budidaya jeruk, antara lain di Kecamatan Grabagan, Semanding, Bancar, dan Kecamatan Singgahan. Artinya, tanaman jeruk dapat tumbuh dan berkembang di daerah yang kontur tanahnya berbatu seperti Tuban.
“Kita ingin tanaman jeruk ini menjadi salah satu produk unggulan Kabupaten Tuban. Dan yang terpenting jeruk ini dapat menjadi salah satu produk yang bisa mendongkrak ekonomi para petani, terutama petani green belt,” ujarnya.
Sementara itu, Staff Public Relation & CSR Semen Indonesia, Siswanto mengatakan bahwa melalui kegiatan CSR, perusahaan akan terus dan mengembangkan kapasitas para petani green belt. “Harapannya petani yang menggarap lahan milik perusahaan tersebut dapat lebih sejahtera dari nilai tambah yang dihasilkan dari lahan yang dikelolanya,” tandasnya.
Lebih lanjut Siswanto menjelaskan bahwa saat ini jumlah petani green belt yang dibina oleh perusahaan berjumlah sekitar 400 petani yang selama ini telah bercocok tanam dengan menanam tanaman keras seperti nangka, mangga dan sukun, mereka juga menanam tanaman sela seperti jagung, ketela pohon dan sebagainya. Sebagaimana diketahui bahwa lahan greenbelt adalah lahan sekitar area tambang perusahaan yang berjarak lebih dari 50 meter dari area tambang. Dalam memanfaatkan lahan perusahaan tersebut, petani tidak dipungut biaya apapun terhadap perusaahaan.
Pada kesempatan yang sama, Plh. Pimpinan Balitjestro, Wisnu Unjoyo, mengatakan bahwa budidaya jeruk masih sangat berpotensi, karena di Indonesia pemenuhan permintaan pasarnya masih sangat kurang. Sehingga, potensi pasarnya masih sangat terbuka luas.
“Di Kabupaten Tuban saya yakin tanahnya bisa ditanami jeruk, tinggal bagaimana penerapan teknologi yang digunakan, terlebih pemasaran jeruk di wilayah Tuban cenderung masih cenderung meningkat. Selain dilewati jalur nasional, Tuban juga dekat dengan Surabaya dan potensi wisata terlihat mulai tumbuh pula. Ini merupakan pasar yang sangat potensial,” pungkasnya. (CH/AM)