ARTIKELPENDIDIKAN

Bisnis Menjanjikan Jelang Akhir Tahun Pelajaran

KIM Ronggolawe – Entah siapa yang memulai, piknik atau liburan jelang akhir tahun pelajaran pada lembaga – lembaga pendidikan seakan menjadi sebuah kebutuhan dan kewajiban yang kudu, mesti, harus dan wajib dilakoni oleh para siswa – siswi pendidikan sebelum nantinya para siswa tersebut meninggalkan tempat belajar mereka selama ini ataupun sebelum para siswa naik tingkat dalam lembaga luru ilmu tersebut.

Meskipun dalam kegiatan akhir tahun pelajaran tersebut sudah melalui rapat antara pihak lembaga, dewan komite  beserta para wali murid, namun terkadang tak jarang pula banyak wali murid yang mempemasalahkan dengan adanya piknik di akhir tahun pelajaran itu . Pendanaan terkadang menjadi alasan utama bagi yang ekonomi pas – pasan, serta jarak yang ratusan kilometer juga menjadi kendala utama terlebih bagi wali murid yang punya buah hati berada dijenjang PAUD, dan TK, ditambah lagi dari celotehan Ibu – ibu yang berkerumun di tukang sayur mengatakan jika ada yang mengharuskan ikut dalam kegiatan piknik tersebut, dan bahkan lebih sadisnya ada yang mengultimatum siswa didiknya untuk tetap membayar akomodasi full meskipun tidak turut dalam piknik tersebut.

Keluh kesah seperti gambaran dalam cerita di atas tersebut seakan merupakan sebuah rahasia publik yang sebagaian besar dirasakan oleh para wali murid, namun terkadang karena putra – putri kesayanganya takut diasingkan dan kena bully jika tak manut sama peraturan sekolah maka diam dan mengikuti adalah peraturan sekolah adalah langkah terbaik yang mereka ambil.

Keuntungan Besar Jika Tamasya

Dalam dunia bisnis pasti keuntungan yang akan selalu dikedepankan meskipun ada salah satu pihak yang dirugikan, tidak dipungkiri keuntungan yang akan didapat oleh pihak penyelenggara jika tetap ngotot ingin bertamasya dengan anak didiknya meskipun dibumbui dengan dalih guna merefresh otak anak didik setelah melaksanaan  Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) selama setahun.

Bayangkan jika satu lembaga mampu memberangkatkan siswanya sebanyak 5 bus dan dalam satu bus tersebut panitia penyelenggara dapat fee dari P.O sebesar Rp. 500.000 tinggal mengalikan saja, ditambah lagi fasilitas gratis yang didapat oleh para pihak penyelenggara.

Untung, Lanjutkan Saja..!!!

Berawal dari coba – coba kerjasama dengan P.O Bus terkemuka dan mendapatkan fee yang lumayan ternyata bagai kecanduan akut yang harus memberangkatkan anak – anak didiknya utuk berangkat tamasya dan menjadikan sebagai agenda rutin tahunan yang harus diikuti.

Bukan hanya piknik saja yang menjadi ladang bisnis empuk bagi dunia pendidikan, Akhiru sanah atau purna siswa pun terkadang siswa juga dibebani dengan iuran yang tidak sepatutunya hanya untuk mengejar trend yang tidak semestinya, apa lagi mendekati peringatan 17-an beban karnaval dan kegiatan 17-an lainya juga menjadi momok bagi wali murid.

Memang tak semua lembaga pendidikan berpikiran bisnis dalam proses belajar mengajar namun setidaknya prestasi lembaga pendidikan bukan hanya gebyar event saja, masih banyak potensi yang perlu digali dan ditinggaktakn oleh para pendidik, dan itu semua hanya pendidiklah yang tahu.

Meskipun dalam mencari ilmu terdapat 6 syarat yang salah satunya termasuk biaya, namun sekali lagi biaya pendidikan bukan bisnis pendidikan . [AM].

kimronggolawe

Admin Web kimronggolawe.com

Related Articles

Back to top button