Bintang Puspayoga Resmi Tutup Program SCORE IKM/UKM
KIM Ronggolawe – Setelah dibuka sejak bulan Agustus 2017 yang lalu, program SCORE ( (Sustaining Competitive & Responsible Enterprises) bagi Industri Kecil Menengah (IKM) & Usaha Kecil Menengah (UKM) di Kecamatan Kerek Kabupaten Tuban yang diselenggarakan oleh Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) bersama dengan International Labour Organization (ILO), Dewan Kerajinan Nasional Indonesia (DEKRANAS) dan Business & Export Devlopment Organization (BEDO) hari ini, Jum’at (19/01) resmi ditutup oleh Bintang Puspayoga istri Menteri Koperasi dan UKM.
Penutupan Program Score yang diselenggarakan di sanggar batik Sekar Ayu milik Uswatun Hasanah di Desa Kedungrejo Kecamatan Kerek tersebut, dihadiri oleh HJ. Qodiriah Fatchul Huda Ketua Dekranas Kabupaten Tuban, Nina Tursinah Ketua Apindo bidang UKM/IKM serta beberapa pejabat pemerintah baik dari provinsi Jawa Timur maupun dari Kabupaten Tuban serta sejumlah pelaku UKM/IKM di Kecamatan tersebut.
Dalam acara penutupan program Score tersebut sekaligus juga diselenggarakan pembukaan program pelatihan profesional Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) dan pewarnaan yang bertujuan untuk menopang produktifitas batik yang ada di Kabupaten Tuban, serta setidaknya mampu membawa perubahan yang positif bagi pengusaha batik yang ada.
Bintang Puspayoga usai acara penutupan kepada sejumlah awak media mengatakan sangat bangga dengan pengrajin di Tuban, karena pengrajin batik Tuban serta tenun gedog Tuban mampu ber -regenerasi dan dapat memunculkan pengrajin – pengrajin baru diusia muda, berbeda dengan pengrajin di daerah lain yang hanya usia tua yang mengembangkan kerajian tradisional tersebut.
” Selain lokasinya yang mudah dijangkau di Tuban ini juga adanya semangat, regenerasi disini itu ada kalau ditempat lain penenun itu adalah yang sudah tua dan regenerasi sulit, dan di Tuban ini saya optimis untuk dapat mewujudkan apa yang menjadi tujuan kita untuk meningkatkan kualitas baik pengembangan yang kita lakukan, selain gedognya juga tenunya kita menggunakan ATBM,” ujar Bintang.
Bintang juga berharap dengan ATBM yang ada saat ini para pengrajin dapat melihat pasar kebutuhan konsumen karena dengan menggunakan ATBM hasil tenunan lebih lebar sehingga lebih efektif dan efesien, berbeda kalau dengan menggunakan alat tenun gedog tradisional yang maksimal lebarnya hanya 90 cm, serta nantinya akan dikembangkan lagi program pelatihan motif dan desain guna menunjang kualitas tenun gedog di Tuban.
” Bukan berarti mereka harus meninggalkan tenun gedog, gedog ini sangat spesifik yang nerupakan warisan leluhur yang harus kita pertahankan dan lestarikan, tapi kita harus melihat pasar kan, makanya kita coba dengan membantu ATBM tersebut,” kata wanita yang mengaku pernah 7 kali ke “Bumi Wali” Tuban itu.
Selain itu Bintang juga berharap untuk batik gedog Tuban tidak hanya berkembang di pasar lokal dan nasional saja namun juga mampu menembus pasar internasional serta ia mengaku optimis pengrajin batik dan tenun yang ada di Tuban mampu untuk bersaing dengan pasar batik yang ada. AM/HA]