BERITA KIM RONGGOLAWEPENDIDIKANPERISTIWA

IAINU Tuban Gelar Wisuda 222 Sarjana Angkatan V

 

 

KIM Ronggolawe – Institut Agama Islam Nahdlatul Ulama (IAINU) Tuban menggelar wisuda sarjana V di gedung Graha Sandiya Tuban, Selasa (15/10).

Wisuda diikuti 222 orang, yang terdiri dari putra 59 orang dan putri 163 orang.

Mereka berasal dari prodi Pendidikan Agama Islam (PAI) 100 orang, putra 33 wisudawan dan putri 67 wisudawan. Lalu prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) 53 orang yang terdiri dari putra 17 wisudawan dan putri 36 wisudawan.

Prodi Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD) sebanyak 23 yang diwisuda yang semuanya putri. Kemudian prodi Perbankan Syariah (PS) 25 yang diwisuda terdiri putra 6 orang dan putri 19 orang. Prodi Hukum Keluarga Islam (HKI) ada 8 yang diwisuda yakni satu putra dan 7 putri serta prodi Manajemen Dakwah (MD) 13 yang diwisuda terdiri dari 2 putra dan 11 putri.

Orasi ilmiah disampaikan Dr. Imam Bukhori, M.Pd Kepala Subdirektorat Pengembangan Akademik Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama.

Di antaranya Imam Bukhori menyampaikan, saat ini, pendidikan sudah masuk begitu jauh pada hedonisme, materialisme dan sebagainya. Padahal, salah satu tugas salah satu tugas dunia pendidikan adalah menjaga ketabuan masyarakat jika ada pelanggaran syariat, menjaga rasa ketabuan masyarakat terhadap perilaku menyimpang dari syariat, norma, budaya dan adat istiadat.

Oleh karena itu, lulusan perguruan tinggi keislaman seperti IAINU Tuban harus mendampingi masyarakat dan memastikan masyarakat tetap berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

‘’Kesuksesan itu bukan diukur dengan gajinya saat kerja, tapi kemanfaatan untuk masyarakat. Kalau lulus dan bekerja hanya untuk dirinya sendiri, maka itu adalah kegagalan,’’ ujar Imam Bukhori.

Dia meminta para mahasiswa yang telah diwisuda untuk bertanya pada diri sendiri, untuk siapa saya bekerja. Kalau bukan hanya untuk diri sendiri, namun jika ada manfaatnya untuk masyarakat maka itu adalah keberhasilan.

‘’Di tengah dunia pendidikan saat ini yang hedonisme dan materialisme maka saatnya dikembalikan pada pendidikan yang lulusannya menargetkan kebermanfaatan yang banyak untuk masyarakat,’’ tambahnya.

Sebagai perguruan tinggi keislaman, seperti IAINU Tuban ini, harus beda dengan perguruan tinggi yang lain. Sebab, perguruan tinggi islam adalah perguruan tinggi umum yang punya ciri khas. Ini, menurut Buhori adalah kelebihan yang tidak dimiliki perguruan tinggi lain. Karena diajarkan ajaran-ajaran islam.

‘’Salah satunya adalah hubungan dosen dengan mahasiswa diikat dengan mahabbah fillah, yakni kecintaan pada Allah, bukan hubungan transaksional, wani piro dan sebagainya,’’ tutur dia.

Karena itu, dalam islam, lanjut dia, dzuriyyah itu ada 2, yakni binnasab atau hubungan darah dan bissabab yakni hubungan 2 orang atau lebih yang berkaitan mahabbah fillah yang menghasilkan amal saleh. Di akhirat, mereka akan dikumpulkan dosen dan mahasiswa ini di surga.

‘’Cara pikir ukhrawi ini yang tidak ada sekarang, maka perspektif ukhrawi harus dijadikan cara berfikir, cara bertindak dalam mengelola perguruan tinggi keagamaan. Ini yang harus ditanamkan dalam perguruan keislaman khususnya perguruan tinggi NU,’’ katanya.

Maka menurut Bukhori, lulusan perguruan tinggi islam juga harus berbeda. Beda cara komunikasinya, beda perilakunya dan pemahaman agama harus luas. Sebab, orang yang pemahaman agamanya lebih dalam, maka sikapnya akan moderat, sehingga dalam kehidupan di masyarakat tidak kaku.

Hal ini yang dikembangkan oleh pemerintah dengan moderasi beragama. Sehingga tidak beragama secara ekstrim kanan atau kiri. Sedikit-sedikit mengkafirkan atau membidahkan.

Maka menurutnya, kehadiran perguruan tinggi NU sangat penting untuk mendorong moderasi beragama.

‘’Indonesia punya 6 agama yang resmi, belum ditambah kepercayaan atau isem-isme itu. Semua itu punya potensi memecah belah, maka moderasi beragama sangat penting,’’ tandasnya.

Sementara, Rektor IAINU Tuban Dr.A.Luthfi Hamidi meminta agar para wisudawan mulai hari wisuda ini harus menepuk dada dan berteriak keras-keras; “Inilah saya,’’ . Jangan jadi anak mama dan anak papa terus. Tapi berdirilah dengan kaki sendiri.

‘’Setelah wisuda tidak bisa lagi menyebut diri sebagai anak mama dan papa. Tapi inilah saya,’’ tegas Luthfi.

Lalu Rektor mengajak seluruh yang diwisuda untuk berdiri dan mengucap ikrar bersama. Bunyi ikrar itu adalah; ‘ Inilah saya alumni IAINU Tuban. Saya bangga menjadi sarjana NU, saya adalah berkah bagi bangsa negara dan alam semesta’

‘’Untuk sampai bisa teriak inilah saya, maka jangan lupakan masa lampau, banyak peran orang-orang yang mendukung Anda. Pertama ortu, lalu dosen tenaga pendidik dan seluruh pengelola IAINU, serta seluruh pendiri, krn dari beliau-beliaulah saat ini kita ada di sini,’’ ujar Luthfi.

Pria kelahiran Lamongan itu juga mengucapkan terimakasih kepada seluruh wali mahasiswa yang telah mempercayakan dan mempercayai IAINU Tuban menjadi tempat menitipkan anak-anaknya untuk menempuh pendidikan.

Wisuda dengan simbol memindah kuncir toga dari kiri ke kanan, lanjut Luthfi, mempunyai maksud bahwa manusia punya 2 otak kiri dan otak kanan. Otak kiri biasa digunakan untuk hal-hal yang logis, berfikir yang teratur dan belajar berfikir logis. Selama perkuliahan juga untuk memenuhi otak kiri. Maka ketika dipindah ke otak kanan maka harus kreatif dan progresif.

Kembali ke masyarakat adalah memasuki universitas kehidupan yan tidak lagi mengandalkan pengetahuan, tapi kreatifitas dan progresifitas. Maka setela diwisuda saatnya hatus kreatif dan progresif. Bermasyarakat tak bisa hidup sendiri, harus berkelompok, berserikat atau berorganisasi. Dalam organisasi mengedepankan musyawarah meski bebas perpendapat.

Boleh berbeda pendapat, tapi kalau sudah ada ada keputusan, maka harus diamankan dan dilaksanakan. Jangan karena kalah musyawarah dan diskusi jadi muntung. Menurut Luthfi itu tidak islami. Keputusan haru dilaksanakan. Yang wajib melaksanakan pertama adalah yang pendaptnya berbeda.

Lulusan IAINU Tuban, tegas Luthfi harus berkarakter, karena itu adalah kunci sukses. Saat ini menurut Luthi perusahaan-perusahaan tidak merekrut karyawan karena berapa IP nya. Namun yang diprioritaskan adalah karakter, apakah bisa berkerjasama dengan orang lain apa tidak. Tahan banting apa tidak, ulet atau tidak.

Kalau hal ini dikembangkan maka kesuksesan akan mengikuti. Untuk sukses setidaknya ada 3 hal yang harus dimiliki. Yakni pengetahuan atau pengalaman, kompetitif, dan harus berani melangkah dan mempunyai kreatifitas yang luar biasa.

‘’Maka harus the best, kalau the best maka kehidupan yang akan mencari Anda, bukan Anda yang mencari kehidupan,’’ tandasnya.

Sedang Dr.Mujib Ridwan yang mewakili PCNU Tuban dan BPP IAINU Tuban memberi tantangan pada rektor agar bisa mengubah IAINU Tuban menjadi universitas. Dia melihat saat ini IAINU sudah berkembang sangat bagus. Karena itu, PCNU dan BPP IAINU memberikan apreasiasi.

‘’PCNU memberi apresiasi, tadi PCNU dan BPP sudah rasan-rasan, agar rektor tidak pergi dulu. Boleh pergi tapi syaratnya IAINU harus berubah jadi universitas dulu. Jangan lama-lama,’’ ucapnya.

Kalau kurang doktor, saat ini dan guru besar, kata dia, bisa diselesilkan. Karena Mujib memberi target akhir 2025 nanti sudah bisa universitas. Saat ini sudah banyak dosen yang calon doktor.

‘’Karena itu, saya optimis akhir 2025 bisa jadi universitas. SDM segera bisa diunduh, juga masih muda-muda sehingga bisa diajak lari cepat. Kenapa pentingini ? Karena Jatim akan dipecah. Wilayah utara seperti Gresik, Lamongan Bojoneoro dan Tuban belum ada ada kampus negeri, maka ada potensi bisa jadi kampus besar,’’ katanya. [CH/AM]

Related Articles

Back to top button