Risalah Hati “NN”
berlarian dari balik punggung bukit gersang
Menerpa wajah kusut bak benang tak terurai
menjamah sukma getarkan alam semesta
 Diri terjaga di antara bising nyanyian serangga
 Terkulai lemas sekelebat bayang lepas
 merongrong nyaris berujung durjana
 menorehkan kisah kelam dalam bejana
 
 Tiada dapat ku pahami
 arti dari semua yang kau beri
 Sepenggal luka tersaji di sanubari
 bersemayam rapi tak kan terganti
 Tangisan kecil pecahkan ilusi
 Sirnakan nestapa hapus iri dengki
 tak kan ku biarkan diri patah hati
 terbalut kelam di sepanjang hari
 Ku raih seutas tongkat harapan
 Berjalan tanpa arah tujuan
 menelusuri serpihan kenangan
 yang terkubur dalam onggokan penderitaan
 Kehadiranmu sirnakan derita
 Lenyapkan nestapa dalam duka
 Walao secepat kilat kini kau tertawa
 Namun setidaknya rasa itu pernah ada
 Biarkan piciik pikiran tertawa kanku
 Namun tk mudah tuk menutup kisah ini
 biarlah derita semakin menggunung
 Namun kasihku tak aan terselubung
 Kan selalu ada ada..
 Entah sampai lelah mata ini
 Tuk berbagi cerita bukan masa lalu.
rintihan duka hapuskan asa
Lentik jemari menari di atas cakrawala
goreskan derita dibalik senandung asmara
 Kutatap bias aura pesona
 kian pudar seiring jeritan luka
 meratap tanpa ada sanak saudara
 saat ku sadari ku terjebak dalam gulita
 
 Rembulan…
 Mengapa sinarmu tak selembut dulu
 mengapa wajahmu pucat nan sendu
 Apakah kini engkau telah layu
 ataukah itu hanya tipu muslihatmu
 Rembulan…
 Tiada ku mengerti apa arti hadirmu kini
 Sebuah sinar yang tulus menyinari
 Ataukah sinar yang menyilaukan hati
 hingga melelehkan relung sanubari
 Rembulan…
 Kau tak seindah malam dahulu
 Kau tak mempesona kala itu
 Kini kau laksana terbelenggu
 Oleh gumpalan awan dimatamu
 Rembulan…
 malam ini tak ingin ku menikmati sinarmu
 tak ingin ku memuja kharismamu
 karna apapun yang ku lakukan untukmu
 Semuanya tak kan goyahkan pendirianmu
 Rembulan…
 Segeralah sirna dari peredaran maya
 Biar sanubari tiada terus bersua
 Janji palsu sesakan dada
 hancurkan jiwa tuk bercinta
 Wahai…mentari
 segeralah tampakan senyum elokmu
 belailah daku dengan hanggat dekapmu
 agar tiada lagi kabut selimutiku
 Tuk menatap indah dunia nyataku
 dunia dimana kebahagianku telah tercecer 
 Oleh senyum palsu rembulan kelabu
Dedaunan gugur terhempas,tercampakan
tertatih kuseret langkah penderitaan
Menghindar dari kubangan kedustaan
 Dewi malam menyapa penuh keramahan
 Membelaiku manja dalam dekapan
 Seakan tersentuh pilunya perasaan
 hingga tiada tega ku melepas gengaman
 
 Bias senyum sayu tiada kudapatkan
 Swara lirih nan merdu raib tanpa pesan
 tanpa perasaan,tanpa sebuah ucapan
 walao sekedar kata perpisahan
 Kembali ku sibak bekas guritan
 Yang nyata di sanubari kini tersimpan
 heemmm..smua indah tak terlukiskan
 Kata mesra penuh rayuan
 Mendadak lentera padamkan angan
 gulita pekat pudarkan harapan
 Ketika lambaian tangan
 Tanda perpisahan
 Secepat itukah rembulan terhalang awan
 sekilas itukah arti sebuah senyuman
 Ternyata sinar rembulan hanyalah hayalan
 karna sinarnya tiada mampu menembus awan
 Kini kurcaci kosong menatap awan
 terisak diantara rerumputan
 meratapi duka yang tak bertuan
 Entah sampai kapan
 Mungkin sampai lelah menunggu awan
 serta berharap,…….
Segerakah awan menjadi hujan
Seirama dengan rintihan serangga riang…
Kala jemari bergerak mengusap air mata..
Menghapus segala jejak terlewati…
 Sejenak kupandangi maya pada…
 Rembulan tersenyum di apit bintang gumintang…
 Namun senyumnya hambar tiada berperasaan…
 Sinis,tiada sehangat kala itu…
 
 Lantunan tawa kembali gairahkan rasa…
 Merasuk menusuk sukma raga..
 Namun entah mengapa…
 Senyum yang kurasa kini jauh beda..
 Apakah kau telah jemu…
 Ataukah hatimu terbelenggu…
 Atau…. sudah ada penggantiku..
 Hingga ku merasa senyumu tal berarti bagiku…
 Kucoba sirnakan bayanganmu…
 kucoba raibkan nada tawamu…
 Namun kini ku belum mampu…
 tuk menanggalkan hasrat laraku…
 Semudah itukah perubahanmu..
 Semudah itukah kau berpaling dariku…
 Lalu…apa arti semuanya…
 Tangisanmu,gelak tawamu, janji manismu saat bersama dulu..
 Kini ku berjalan tanpa bimbinganmu…
 Ku melangkah tanpa petunjukmu..
 Terjerumus dalam…dalam dan dalam…
 Uluran tangan yang kuharapkn…
 Tapi begitu tega…larian kecil kau pilih tuk menghindar dariku…
 Hanya derita yang kurasa.
 Hanya airmata menjadi teman setia..
 Walau kau berkata” lupakan'” semuanya…
 Namun aku kan mencoba berkata” aku kan tetap setia”
 Sampai ku menutup mata…
Sinarnya tak seindah malam kemarin
saat ku pertaruhkan sebuah perasaan
Dimana guncangan dahsyat merapuhkan segalanya
 Seakan waktu tiada berjalan
 Detak jantung pun enggan berdetak
 Langkah kaki pun terasa berat
 disaat terucap kata perpisahan
 
 Kini tiada lagi penerang kalbu
 kini sirna sudah kebahagiaanku
 kembali ke nestapa yang kian pilu
 Berat terasa perjalanan kasihku
 Derai permata bening basahi pipi
 menggalir deras bak hujan di bulan januari
 Tal terbendung mengoyak isi hati
 Menghancurkan sendi nurani
 Tiada lagi tempat ku berbagi
 Tiada lagi sandaranya hati
 Kosong,hampa harus ku jalani
 demi cita cinta yang abadi
 Harus ku akui kau sangat berarti
 kau memang pelita hati
 yang menerangi gulitanya nurani
 Hingga kudapatkan arti hati nan abadi
 Hadirmu kan ku abadikan
 dalam setiap hembusan nafas kehidupan
 tuk selalu mengistimewakan
 sosok sempurna yang tak terjamahkan
 Kini tiada lagi amarahmu
 Tiada lagi perhatianmu
 manjamu, sinismu, setiamu
 Yang kan slalu kurindukan
 Kasih…
 Kini langkah kita tertahan di persimpangan
 antara kebahagiaan dan kehancuran
 Dan ternyata pilihan kita sama
 Kebahagiaan orang yang kita sayàngi
 Yang kita pertahankan
 Walau kehancuran kini yang kita rasa
 Namun keluarga adalah segalanya
 tuk melihat dia kembali manja
 Mendapatkan kasih sayang kita
 Sampai nanti….
 Kita tiada sanggup tuk membuat dan melihat dia tetawa
Sliramu tansah kumantil ing netro…
Gawang” esem gemuyumu…
Kang handadik ake tentreme atiku…
 Nimas…
 duh indahe opo kang tak rasak ke…
 Umpomo aku iso sesandingan sliramu..
 Dino kelawan dino, musti gawe tentreme atiku….
 tak aras rambutmu…
 Tak gengem driji tanganmu…
 Duh…bejo kemayangan urip iki…
 Hananging nimas….
 Opo kang tal arep” iki…
 lirkadyo ngarepke legine butrowali…
 Nganti kapan wae hora bakal legi..
 Malah sanyoyo  ndadi…
 Nimas….
 Aku ugo amangerteni roso trisnamu marang aku…
 Aku ugo ngrasake, kekarepaning atimu…
 Ananging kepriye maneh nimas…
 Dalan katrisnan sing tak liwati..
 katutup dening tembok wojo…
 Kang ora iso tinembus nganti kapan wae….
 Sing tak jaluk nimas…..
 Trisnamu ora bakal luntur…
 ora gambang ilang..
 nganti kito pegel…
 Lan lesoh amargo kahanan…
 Sabar Nimas…
 .sabarrrrr…
berbaur dalam mendung memudarkan asa…
tak mengerti mengapa ini kurasa…
tapi kenyataan begitulah adanya…
 Kucoba tuk yakinkan dikau..
 Bahwa semua tidak seperti yang dikau bayangkan…
 Namun semua sia-sia…
 Karna dikau tak menganggapku ada…
 
 Kasih…
 semua yang ku lakukan…
 tal seperti yang kau fikirkan..
 karna yang aku lakukan sebatas profesi tuntutan..
 Yang harus aku jalani dengan kesungguhan…
 Kasih….
 Jika profesiku  membuatmu tak nyaman..
 ku kan mencoba tuk membatasi pergaulan..
 Jika itu menbuatmu merasa tenang..
 Demi menjaga hati orang yang ku sayang…
 Kasih..
 Yakinkan hatimu…
 mantapkan langkahmu…
 Jika semua yang aku lakukan salah dimatamu…
 Tegurlah aku, karna itu lebih baik buatku…
 dari pada kau membisu tanpa satu kata darimu..
Kasih…
 Sirnakan keraguanmu dalam 
 menghadapiku..karna hatiku tak kan ku bagi tuk yang ketiga..
 Cukup dia dan dirimu…
 yang selalu mengisiu hatiku
Tertatih tatih tanpa tujuan…
Menyeruak diantara gulita pekat…
Mengkorek korek cadasnya kesunyian…
 Tertutup rapat gerbang nirwana..
 Terbelenggu semua rasa di jiwa..
 Senyum yang biasa tersunging di antara gulita malam…
 kini raib bak ditelan alam…
 
 Kucoba amati pelan pelan..
 kucoba periksa dalam dalam..
 Namun bidadari yang ku impikan..
 Tiada kunjung pancarkan pesona..
 Wahai….bidadariku…
 Wahai pelita hatiku…
 Sampai kapan raga ini gersang…
 Sampai kapan jiwa ini kering kerontang….
 Ku ingin setetes embun kedamain…
 Ku ingin sapaan lembut bias senyuman…
 Adakah terketuk pintu hatimu…
 adakah terasa aliran asmaraku..
 hingga tergerak jemari indahmu..
 Tuk menguak belenggu nirwanamu…
 Wahai…alam yang kian gersang..
 Temani daku dalam kekeringan..
 Agar kita bersatu dalam rasa…
 Berbaur dalam ceceran debu nestapa..
 tuk menanti tetesan hujan menguyur maya pada…
 tuk semaikan benih benih cinta..
 Dalam hamparan indahnya bunga asmara…
 yang kan menghiasi relung surgawi…
Ketika deru angin enggan berhembus..
Hanya nyanyian serangga terdengar parau..
Seakan menyimpan sebuah kerinduan yang terpendam..
 Diri terkulai lemas tiada daya..
 Terbujur kaku bak tiada bernyawa..
 Dimana tiada lagi swara mesra..
 Yang selalu bangkitkan rasa nestapa…
 
 Kini jalan terjal smakin nyata..
 Terbentang panjang di depan mata..
 Hingga langkah sang kaki berat tuk melangkah..
 Tuk meniti jalanan penuh onak dan duri…
 Mengapa awan sirnakan mentari..
 Mengapa gulita sbelum malam tiba..
 Hingga tinggalkan sebuah luka..
 Menganga…penuh derita..
 Kasih…
 Jika hatimu sekeras baja…
 Mengapa mudah putus asa.
 Jika hatimu masih menyimpan rasa..
 mengapa tiada dapat aku rasa..
 Kasih…
 Diri terjebak dalam sandiwara nestapa..
 terperosok dalam kubangan derita..
 Hingga tiada dapat ku tuk berkata..
 Karna bibir ter katup sejuta kata..
 Kasih..
 Jika itu yang terbaik buat dikau..
 Tiada dapat ku paksakan..
 Karna aku tau amat lah sakit bila di paksa…
 Karna semua butuh kata rela..
 Yah….lagi lagi ku hela nafas..
 Mencoba tuk merasakan smua getaran yang pernah ada..
 ternyata masih sama..
 masih ada rasa yang beda..
 Namun smua kini sia sia..
 Karna dirimu bukan yang dulu..
 Karna dirimu ……….
 Tak lagi mengganggap aku….
Heeeemmm…..
 Disini ku merindu…
 Di sana kau bercumbu…
 Sembari mendesah akupun berkata’“TERLALU”
Hingga membawaku ke suatu titik…
Dimana aku merasakan suatu gejolak…
 Gejolak yang tak berpangkal dan berujung…
 ibarat pusaran air yang tak bermuara…
 Dimana aku menemukan kedamaian…
 Ketenangan jiwa…
 Hadirmu sangatlah berarti bagiku..
 Seakan memberi warna dalam hidupku…
 Dimana aku menemukan..
 – canda
 – tawa
 – tangis
 – emosiku
 Kasih…
 Derai airmata ini
 Tak akan cukup
 Untuk melukiskan
 Rasa cintaku kepadamu
Kasih…
 Tawa dari bibir ini
 Tak kan mampu
 Mewakili kebahagiaan ini
 Aku ingin mencintaimu
 Sampai mata lelah dan terpejam
 Dan….
 Aku ingin mencintaimu..
 Sampai tak ada lagi..
 Kata-kata mewakili nurani
 Karena….
 Sosokmu pribadi “UNIK” Bagiku…
Puja puji hanya pada-Nya…
Diri yang berlumur dosa …
Berharap pengampuna-Nya…
 Walau tiada pantas kami di syurga…
 namun kami juga tiada kuasa merasakan jilatan api neraka…
 Ku bersimpuh di hari nan fitri ini…
 Berharap Ridho serta pengampunan..
 atas segala kesalahan..
 Karna ku tahu Engkau maha pengasih lagi penyayang…
 Serta ku ulurkan tangan penuh penyesalan…
 Kepada wahai engkau segenap insan..
 semoga pintu maaf kembali terkuak.
Tuk diri yang rendah nan nista ini..
 Selamat Hari Raya Idul Fitri 1434 H
 Minal AIdin Wal Faidzin
Ringgkik gulita malam semakin pilu…
Diri menggigil diantara genangan rindu…
Bak bocah kerdil tiada beribu…
 Sepintas lirih desah nafas nan sendu…
 Hangatkan kalbu cairkan dukaku.
 Kembali tersenyum dekap bayanganmu…
 Kasih…
 Begitu nyata cintamu…
 begitu berarti dirimu di kalbuku…
 Sehingga lemah ku tanpamu..
 Kering kerontang bila tak berpadu…
 Kasihmu leburkan nestapa..
 mesramu luluhkan derita…
 kuingin selalu merangkul asmara…
 Entah sampai ku menutup mata..
 Ku ingin kau selalu setia..
 Menemaniku, berbagi dalam ceria…
 Walau kasih kita semu belaka…
 Seuntai harapan terbit di bias mega..
 Cerahkan hati di saat lara..
 Seakan jadi saksi kala dua jemari bersua..
 Dalam pinangan kasih selamanya..
 Yang kan slalu ku kajaga…
 Sampai dunia tiada mampu tuk bercerita..
 tentang indahnya cinta kita berdua..
Dewi malampun rapuh termakan usia..
Kala lentik jemari lincah merangkai kata..
Tuk sekedar padukan asa di jiwa…
 Seraut wajah mesra bankitkan imajinasi..
 Seraya menuntunku tuk menarikan jemari..
 merangkai kalimat tuk memuja ciptaan-Mu..
 Diri yang terpana,terpesona desah nafas cinta..
 
 Kasih aroma rindu kian menyengat…
 Memenuhi rongga di jiwa..
 menebar bias kasih nan mesra..
 namun, sayang tak dapat dirasa.  …
 Ku coba katupka netra..
 kucoba tanggalkan gemerlap cintanya…
 Namun hati selalu meronta..
 Karna kebahagiaanku ada padanya….
 Sejenak jemari terasa kaku…
 Tiada dapat meneruskan laju…
 Merangkai kata mesra untukmu..
 Karna kasihku tiada dapat di ukur waktu…
 Kasih…
 Pejamkan matamu…
 Tarik dalam dalam dan rasakan itu…
Yaaaah….
 Getaran itu masih seperti dulu….
 Saat pertama kata terucap dariku…
Bahwa……
 Aku butuh kamu……
  
Seakan mengiringi desiran rindu..
Di kala senyum manis menari nari..
Di ujung gulitanya malam…
 Sejenak kunikmati raut wajah nan indah penuh pesona…
 Hingga tak kuasa menahan hasrat tuk jumpa…
 kasih….
 Seberkas harapan elok tersirat di jiwa..
 Tuk slalu berharap menui asa..
 Mamun apakah rindu ini lekas mencair..
 Atau malah menggunung,mengeras bak cadasnya batu karang..
 Kasih…
 Namun ku percaya kekuatan kasih kita mengalahkan segalanya…
 Walau pemisahnya dinding kaca tak akan bisa jadi penghalang…
 Kasih…
 Pejamkan mata sayumu ..
 Biarkan rindu kita merasuk dalam imajinasimu…
 aku pun kan selalu menemuimu..
 Walau hanya lewat dunia fatamurgana, ku kan slalu menjagamu  walau dalam setiap mimpi malamu…
 Hingga sampai titik kelemahnku nanti, dimana tak ada lagi nyanyian suara hati…
Oleh : AM &
 
				


